17.4.08

Agama dalam perspektif Marx


Kecenderungan utama filsafat Marx yang materialistis betapa pun diklaim sebagai paham ilmiah – adalah ateistik. Marx sendiri sejak awal kehadirannya dalam dunia filsafat mengaku sudah menjadi ateis. Dalam tesis doktornya di Universitas Jena sambil mengutip ucapan Promatheus – dewa yang melakukan makar terhadap Zeus –bahwa ia tidak mau mengakui adanya Allah serta melakukan kepada ilah-ilah. Pendeknya aku menaruh dendam terhadap semua ilah “in sooth, all goods I hate”. Hal ini nantinya kan berpengaruh dalam kehidupan selanjutnya dan menentukan sikap filosofis maupun politisnya. Dalam Masyarkat Eropa, Marx memberi sorotan terhadap agama sebagai bagian besar dari gejala sosial, yang dimasukkan dalam kelompok wilayah “bangunan atas” dari struktur kehidupan masyarakat. Agama dalam hal ini Kristen, terlembagakan menjadi seperangkat kekuatan sosial, para pendeta dan pembesar gereja telah bersekutu dengan penguasa represif. Fungsinya telah diubah citranya menjadi alat “meninabobokkan” dengan janji penyelamatan diatas kelaparan dan penderitaan massa. Agama bukannya mendukung perubahan sosial yang akan membahagiakan lapisan masyarakat mayoritas, tapi menjadi alat pelegalan kekuasaan pemerintah yang menguntungkan segelinti elit. Marx menyebut agama dan penganjur agama sebagai pendukung status quo, dan dari sana Marx mengumandangkan “agama adalah candu masyarakat”. Menurutnya agama adalah kesadaran diri dan perasaan pribadi manusia, di saat ia belum menemukan dirinya atau di saat ia telah kehilangan dirinya. Tetapi manusia bukanlah makhluk yang abstrak, berdiam di luar dunia. Manusia adalah dunia manusia, negara dan masyarakat. negara, masyarkat itu menghasilkan agama, yang merupakan suatu kesadaran terhadap dunia yang tidak masuk akal. Agama adalah realisasi fantastis makhluk manusia, sebab ia tidak memiliki realitas yang sungguh jadi. Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa dari satu dunia yang tidak berkalbu, seperti halnya ia merupakan roh dari suatu kebudayaan yang mengenal roh. Agama adalah candu bagi rakyat. Kehadiran agama pada manusia sepanjang sejarahnya adalah manifestasi dari kepapaan dan ketidakberdayaannya menanggapi dunianya. Menurut Marx, manusia tidaklah diciptakan Tuhan, tetapi manusialah yang menciptakan Tuhan. Ketika Marx berbicara mengenai pengasingan manusia karena agama, maka analisisnya selalu persis sama ketika ia berbicara alienasi ekonomi masyarakat, padahal religiusitas senantiasa menunjukkan dimensi yang transendental.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar